Setiap makhluk hidup yang memiliki sistem peredaran darah yang sempurna pasti memiliki organ hati.
Hati adalah organ yang vital dalam tubuh hewan dan manusia. Hati berperan sangat penting dalam tubuh makhluk hidup sebagai organ yang membantu sistem metabolisme dalam tubuh agar supaya keberlangsungan kehidupan makluk tetap terjaga.
Fungsi hati dalam sistem metabolisme tubuh makluk hidup, hewan dan manusia, salah satunya adalah memproduksi cairan empedu yang berfungsi membantu proses pencernaan makanan. Selain itu, hati juga berfungsi membersihkan tubuh(darah) dari zat zat/obat obat yang berbahaya atau racun dan alkohol.
Selain fungsi membantu metabolisme dalam tubuh, fungsi lain hati, yang dikaruniai oleh Tuhan, adalah sebagai pusat naluri, nafsu dan niat. Untuk hewan atau binatang, yang otaknya tidak berfungsi sebagai alat pemikir/akal, maka fungsi hati hewan hanya menjadi pusat naluri dan nafsu. Sedangkan hati manusia, yang dikaruniai otak sebagai alat pemikir dan pusat akal, menjadi pusat nafsu dan niat.
Hati manusia adalah organ yang terbesar yang ada dalam tubuh. Beratnya kurang lebih 1500 gram dan letaknya sisi kanan atas perut. Hati manusia itu digambarkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadistnya dari An Nu’man bin Basyir ra. Yang artinya:
“Ingatlah, bahwasannya dalam jasad ada segumpal daging, yang apabila daging itu baik maka baik pula seluruh jasad. Jika daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh jasad itu. Ketahuilah bahwa daging itu adalah hati.
(HR. Al. Bukhari dan Muslim).
Apa yang digambarkan oleh Rasulullah SAW. mengenai hati itu bersifat universal. Secara jasmani dan rohani. Hati yang sehat dan baik akan nampak pada kondisi jasmani dan sifat serta perilaku manusia.
Dari sisi jasmani, karena hati itu memegang peranan penting dalam sistem metabolisme, maka apabila fungsi hati mengalami gangguan(dusfungsi) maka akan terganggulah semua fungsi organ tubuh yang lainnya. Disfungsi hati itu dapat terjadi karena terserang penyakit seperti hepatitis atau kanker.
Sedangkan dari sisi rohani, bahwa baik buruknya hati manusia hanya dirinya sendiri dan Sang Pencipta Hati, Allah SWT. yang mengetahuinya. Gerak gerik, tingkah laku dan tutur kata yang baik bukan merupakan repsentasi dan parameter kebaikkan Hati Manusia. Karena manusia dibekali otak yang dapat digunakan berpikir atau akal, maka hati manusia dapat terpengaruh oleh daya pikir manusia itu sendiri karena antara akal dan hati dapat berbeda dalam menentukan sesuatu.
Dalam hidup dan kehidupan ini niat menjadi dasar dari segala perbuatan dan tindakan kita. Niat itu pusatnya di hati. Maka menjaga dan merawat hati dan niat itu selalu kita upayakan sepanjang aktivitas kita.
Untuk menjaga agar hati tetap sehat, perlu kita memahami, merenungkan dan mencoba mencari apa yang menjadi penyebab rusaknya hati manusia itu. Ibnu Hajar al Asqalani dalam kitab Munabbihat ‘ala Isti’dadi li Yaumil Mi’ad memaparkan penjelasan Imam Hasan Al Bashri, bahwa setidaknya ada enam(6) hal yang dapat membuat hati menjadi rusak.
- Sengaja Berbuat Dosa
Berbuat dosa dengan sengaja dengan kesadaran serta meremehkan perbuatan itu. Hal itu secara terus menerus dilakukan dan berulang selama hidupnya sampai akhir hayatnya tak sempat lagi untuk bertaubat.
- Berilmu tapi tak diamalkan
Berilmu tapi tidak mau mengamalkannya, dapat pula menjadi penyebab rusaknya hati secara rohani maupun jasmani. Memiliki pengetahuan agama tapi yang bersangkutan tetap melakukan kemungkaran dan dosa. Memiliki pengetahuan kesehatan dikepala, tapi melanggar semua ajuran kesehatan itu. Ada pepatah, “Ilmu tanpa Amal bagaikan pohon tanpa buah”. Pengamalan ilmu dalam kehidupan adalah tujuan dari memiliki ilmu. Kemanfaatan ilmu adalah melalui pengamalannya. Keberkahan dari pengamalan itu dapat menjaga dan sekaligus menjadi obat bagi hati.
- Tidak ikhlas.
Ketika seseorang beramal atau melakukan suatu perbuatan kebaikan tapi tidak dengan ikhlas tapi terpaksa dalam melakukannya, maka akan bereffek penyesalan yang panjang. Penyesalan dan rasa bersalah atas ketidak ikhlasan itu dapat berpengaruh pada kondisi perilaku dan kesehatan hati. Ketidak ikhlasannya terus merongrong seluruh pikirannya sehingga untuk istirahat dan tidurpun tak mampu lagi dilakukan. Terganggunya aktifitas beristirahat karena resah dan gelisah akibat menyesal karena tidak ikhlas itu akan mengganggu kesehatan jasmani yang berujung terganggunya hati.
- Tidak pandai bersyukur.
Menerima karunia dan memakan rejeki Tuhan tapi tidak pernah bersyukur. Orang yang tidak mau bersyukur adalah orang yang tidak memahami hakikat karunia dan rejeki Tuhan yang dia terima.
Karunia Tuhan yang selama kita hidup kita nikmati berupa tubuh yang sehat, udara untuk bernapas, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, akal untuk berpikir dan hati untuk nafsu dan keinginan.
Karunia Tuhan itu adalah sunatullah seperti pergantian siang dan malam, waktu yang berputar 24 jam. Pergerakan Bulan dan Matahari serta bintang bintang dan seluruh isi jagat semesta adalah atas kehendak Tuhan yang menjadi karunia manusia untuk dinikmati. Hanya manusia manusia yang sanggup merenungkannya yang akan jauh dari kufur nikmat atau yang mau mensyukuri akan semua itu.
Sedangkan rejeki yang tercurah dari hasil pertanian, peternakan dan perdagangan serta isteri isteri dan anak anak. Semua itu juga wajib kita syukuri karena semua itu tak akan terjadi tanpa kasih sayang dari Tuhan seru sekalian alam.
Syekh Nawawi Al Bantani, dalam Nashaihul ‘Ibad mengartikan syukur dengan ifra’ul a’dla’fi mardlatilla ta’ala wa ifra’ul amwal fihd( menggunakan anggota badandan harta benda untuk sesuatu yangbmendatangkan ridha Allah). Artinya, selain ucapan hamdallah “alhamdulillah”, kita dianggap bersyukur bila tingkah laku kita termasuk dalam penggunaan kekayaan kita bukan untuk jalan maksiat kepada Allah.
- Tidak Ridha dengan Karunia Tuhan
Manusia adalah makhluk yang kerap melakukan keluh kesah dalam hidupnya apabila dirinya tertimpa masalah. Masalah yang menimpa diri sering dianggap bahwa keberuntungan tidak berpihak pada dirinya. Pada hakekatnya, bahwa masalah atau rejeki itu semuanya adalah cobaan atau bentuk kasih sayang Allah kepada seorang hamba. Apakah dalam menghadapi semua itu masih mampu bersyukur dan ridha atas ketentuan dan karunia Tuhan.
Terkadang sikap ekstrem adalah bersuudzon pada Tuhan dan menganggap Tuhan tak menyayanginya.
Kecukupan atau kekurangan materi(harta benda) menjadi tolok ukur manusia bahwa Tuhan menyayangi atau membencinya. Kadang sinyalelemen Al Quran bahwa harta, wanita dan tahta itu adalah sebagai ujian bagi seseorang menjadi terabaikan. Yang dominan dalam pikiran banyak manusia adalah, berlimpahnya harta benda adalah berlimpah pula kasih sayang Tuhan pada dirinya.
Kecukupan dan kekurangan harta benda dapat pula menmuat orang lupa bersyukur dan berkeluh kesah sehingga dapat membawa kekerusakan hati.
- Mengambil Pelajaran Pada Peristiwa Kematian
Peristiwa kematian adalah nasihat yang nyata bagi kita yang hidup. Kita disajikan dengan fakta yang tegas bahwa kehidupan dunia adalah fana. Ketika seseorang meninggal, maka saat itulah semua yang menjadi kebanggaannya, harta, tahta serta anak isteri/suami dan keluarga besar juga para sahabat ditinggalkan.
Dengan peristiwa kematian itu, kita harus sadar bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Kita harus mampu mengambil pelajaran demi menjaga hati kita agar selalu menjauhi segala sifat sifat yang dapat merusak hati dan selalu ingat bahwa semua yang kita lakukan dan perbuat di dunia ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Azza wa Jalla.
Demikianlah enam Nasihat penting dari Imam Hasan Al Bashri. Mudah mudahan menjadi pengingat dan peringatan bagi kita semua yang masih menjalani hidup dan kehidupan ini.
Ternyata dari uraian diatas, organ hati manusia itu adalah organ yang kondisinya rentan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor asupan untuk jasmani berupa makanan dan minuman serta asupan rohani berupa siraman rohani yang menuntun agar hati tidak diisi oleh sifat iri, hasad, dengki dan sifat ketamakkan dan sifat sifat binatang.
“Jagalah hati jangan kau nodai. Jagalah hati lentera hidup ini”. Penggalan kalimat KH. Abdullah Gymnastiar atau A’a Gym, itu benar benar harus kita jaga agar dapat memmbiaskan cahaya yang menjadi lentera hidup kita.
Semoga kita semua mampu tetap menjaga hati kita semua.
Aamiin.
(sumber: disarikan dari sebagian Khutbah jum’at ustadz. Hisyam H. Ramli Ahmad dan wikipedia)
Rashid Harman
Kota Bima, 30 Juli 2020