(Klik di sini untuk melihat tulisan sebelumnya / bagian 2)
Waktu saya kecil, pemeliharaan kerbau (waktu itu di Bima jarang ada sapi) biasanya digembalakan di gunung (kalau di Sape biasanya di Doro Ambarata), mulai dari kerbau lahir sampai produktif, karena jarang yang punya kandang. Kerbau dicek bila saatnya bajak sawah, atau mungkin sudah melahirkan, atau jika mau dijual atau di potong. Selebihnya, kerbau dibiarkan mencari makan sendiri.

Kebiasaan ini tampaknya masih berlangsung sampai sekarang, namun diganti dengan sapi. Oleh karena gunung sudah banyak yang beralih fungsi, maka sapi itu banyak yang berkeliaran di pekarangan atau di jalan raya. Bahkan ada yang kandangnya di halaman masjid atau gedung-gedung bagus. Dengan demikian usaha ternak masih bersifat ekstensif, sehingga polanya perlu disempurnakan agar usaha ini bersifat agribisnis dan mendukung Bima sebagai salah satu lumbung ternak nasional.
Pakan Ternak
Produktivitas ternak sangat tergantung pada pakannya, yang berkisar 60-70{4b63c1dbe26cdcac7e695ed6edcf3cd8a76b8a1cc2c94c23ef23f69b51895320}. Sumber pakan ternak ini sangat berlimpah di Bima seperti lamtoro, rumput alam, rumput unggul (rumput gajah, rumput odot, setaria dll), hasil ikutan pertanian (jerami, daun jagung, ubi kayu , batang pisang dll). Sebagai sumber pakan ternak bisa diberikan dalam bentuk segar dan bisa juga dalam bentuk kering atau yang sudah dicampur (mix). Untuk itu perlu ada sentuhan teknologi pakan seperti teknologi fermentasi, hay, silase dll. Bila teknologi ini bisa terlaksana dengan baik, diharapkan peternakan bisa masuk level usaha intensif yang bersifat agribisnis, sehingga ternak sapi tidak lagi berkeliaran di jalan atau pekarangan orang lain serta menjaga kebersihan kota.
Kandang Ternak
Kandang alias rumah penginapan ternak perlu juga menjadi perhatian serius. Ternak juga perlu istrahat dan nyaman dalam produksi, sehingga harus ada tempat sebagai kandang bersama (koloni) agar memudahkan dalam proses reproduksi, keamanan dan kompetitif dalam berusaha (tawar-menawar harga, pembanding mutu ternak dsb). Kandang koloni ini bisa seperti usaha penggembalaan kerbau zaman dulu.

Sebelum saya menutup tulisan tentang peternakan ini saya ingin mengutip sebuah falsafah yang berbunyi: “daerah yang kaya ternak tidak pernah miskin dan daerah yang miskin ternak tidak pernah kaya”. Untuk itu saya yakin Bima akan kaya dengan adanya motto Bima sebagai lumbung ternak, dan kalau sampai hari ini Bima masih belum termasuk daerah yang kaya, “pasti ada urusan tata kelola alias manajemen yang perlu disempurnakan lagi.”
Arsyad Dou Sape
Kadis Peternakan dan Keswan
Kabupaten Lampung Selatan