Mungkin sebagian orang yang mengenal Bima sudah pernah mendengar bahwa “Uma Lengge” adalah model rumah khas atau tradisional Bima (NTB). Tetapi sebagian orang Bima bahkan ada yang belum tahu. Saya lahir dan besar di Bima, namun saya baru mendengar tentang Uma Lengge justru setelah lama merantau ke Jawa dan Jabodetabek. Karena penasaran, saya akhirnya ke Sambori, sebuah daerah ‘terpencil’ di ‘atas gunung’, yang berada di Kabupaten Bima. Khabarnya di sana masih banyak Uma Lengge yang asli. Tetapi, ternyata ‘biasa saja’. Rumah penduduk di Sambori ternyata banyak yang “rumah panggung” biasa (kalau bentuk rumah ini saya kenal, karena waktu saya kecil rumah kami juga berupa rumah panggung).

Saya kemudian mendapat informasi dari teman bahwa Uma Lengge justru banyak di Wawo (sebuah kecamatan yang berada di dataran tinggi antara Kota Bima dan Sape). Saya pernah beberapa kali ke Wawo (hanya lewat kalau ke Sape) dan seingat saya, rumah-rumah penduduk yang terlihat di sepanjang jalan adalah rumah biasa (rumah panggung atau rumah tembok). Informasinya lagi, ternyata, Uma Lengge itu ada di daerah tertentu saja yang memang menjadi ‘konservasi’ (dipertahankan keberadaannya), antara lain di desa Maria, kec. Wawo.

Uma Lengge (Foto: Faruk Nickyrawi/detikTravel)

Sebuah tulisan menarik tentang Uma Lengge ini saya temukan di DetikTravel, ditulis oleh Faruk Nickyrawi. Menurut saya tulisannya sudah cukup lengkap dan muwakil, jadi saya siapkan link saja bagi anda untuk menyimaknya dari sumber langsung.

Klik link ini untuk membaca selengkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *