Kedua ternak tersebut, sahe (kerbau) dan capi (sapi), sangat identik dgn Bima zaman dulu, dan bila orang mempunyai kedua ternak tersebut biasanya termasuk golongan orang yg berada (dou ntau wara).
Dalam perkembangannya kerbau relatif menyusut populasinya, mungkin karena reproduksinya yg tidak bagus, dan sekarang yg berkembang sapi Bali yg hampir ada pada setiap keluarga dan tersebar di jalan-jalan atau pekarangan. Selanjutnya yg menjadi pikiran bersama masihkah idiom bahwa punya ternak sapi identik dgn orang yg berada…?? Inilah yg ingin jadi catatan ringan saya dibawah ini…
Konsumsi daging sapi di Indonesia masih cukup rendah dengan kisaran 1-2 kg/hari alias hanya dikonsumsi bila saat lebaran, pesta nikah atau hajatan. Konsumsi ini sangat rendah dibandingkan dgn negara lain seperti Malaysia, Singapura atau negara maju lainnya. Untuk memenuhi angka konsumsi yg rendah inipun, Indonesia belum cukup ternak sapinya makanya diambil kebijakan importasi ternak sapi dari Australia atau daging sapi/kerbau dari india.
Peluang Capi Bima
Berdasarkan uraian ringkas di atas, di sinilah peran Bima utk berlari dgn hitungan ekonomis agar capi Bima bisa menjadi alternative ternak bakalan baru sebagai sumber sapi fattening (penggemukan). Untuk itu diperlukan hitungan yg matang tentang ketersediaan jumlah, kualitas, tata cara budidaya yg baik, pakan dll. Berdasarkan pengalaman penulis, hitungan agribisnis dalam usaha ternak sapi harus memiliki 10 ekor (5 ekor utk penggemukkan dan 5 ekor utk pembibitan). Dan usahakan dalam bentuk cluster (kawasan) sehingga tdk terpencar-pencar, dan tujuan utk memudahkan “marketting” Dan distribusi.
Bima dulu pernah mengirim sapi sampai keluar negeri (ceritanya sampai ke Hongkong), dan sekarang diharapkan bisa berkompetitif dgn negara bagian Darwin Australia yg kebetulan berdekatan utk memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri…..peluang itu ada dan mari kita rebut agar taraf hidup dan kesejahteraan dou Mbojo meningkat….
(lain kali disambung lagi…)
Arsyad dou Sape
Kadis peternakan dan keswan kabupaten Lampung Selatan provinsi Lampung.
1 Comment